SAMPE TUWEK, SAMPE NENEK…

Iwak Peyek? Hahaha, ya bukanlah, sekedar mengenang ketika bolak-balik RS karena si Sulung kena DBD.

Setelah panas tinggi dan kejang 3 kali di hari Selasa, kami datang periksa di hari Kamis. Orang tua saya sudah ngomel, “Telat sih, dibawa ke dokternya!” Lah ini justru kecepetan. Pas dibawa hari Kamis itu aja dokternya nyuruh balik lagi besok untuk tes darah, soalnya belum 72 jam, jadi sulit dipastikan demamnya karena apa. Sebenernya saya udah tau kalo mesti tunggu 72 jam, tapi panik euy!

Ketika hari Kamis periksa darah, dan diulang hari Jum’atnya (karena kurang jelas hasilnya di hari Kamis), saya melihat lagi pemandangan yang menghangatkan hati.

Ruang lab di RS Sari Asih Ciledug bersisian dengan ruang USG, rontgen, dan CT scan. Jadi ruang tunggunya disatukan. Dua kali menunggu hasil lab, saya menemukan pemandangan menarik, tiga pasangan kakek-nenek duduk menunggu hasil pemeriksaan di sana. Ya, masing-masing berdua saja, entah siapa yang sakit, tapi mereka datang berdua, bersama pasangan ‘sampe tuwek’nya itu.

Orang tua saya belum 60 tahun, mereka masih aktif di pekerjaan, jadi yang saya lihat di ruang tunggu itu mengingatkan pada mertua saya di Bandung. Semua anak cucu di Jakarta, mereka tinggal berdua saja, ke mana-mana berdua saja.

Yah, begitulah. Bertemu di saat muda, menjalani tahun demi tahun bersama, dan ketika sama-sama renta, masih setia menemani hingga akhir usia. Owh so sweeeet….

Ada cinta model drama remaja yang manis romantis, ada cinta pasangan menikah yang dewasa dan bertanggung jawab, tapi ‘cinta’ yang dimiliki para pasangan tua itu, entah bagaimana mendefinisikannya.

“Genggam tanganku saat tubuhku terasa linu
Kupeluk erat tubuhmu saat dingin menyerangmu

Kita lawan bersama, dingin dan panas dunia
Saat kaki t’lah lemah kita saling menopang

Hingga nanti di suatu pagi, salah satu dari kita mati
Sampai jumpa di kehidupan yang lain…”

Leave a comment